Kesanalah perjalanan selanjutnya. Namanya Pulau Karang. Pulau kecil yang ada di Kecamatan Barus. Penasaran seperti apa rupanya. Apakah banyak karang seperti namanya. Apakah pantainya benar-benar putih seperti yang diceritakan.
Akses penyeberangan bisa dari dermaga Barus menggunakan kapal nelayan
dengan ukuran seperti di atas. Nelayan pasti bersedia asal dibicaraian
dulu. No problem enjoy saja. Asal bisa sampai dengan tidak
mendayung itu sudah menyenangkan. Dengan kondisi kapal seperti itu
setidaknya butuh waktu setengah jam.
Sedikit beruntung karena bisa menyaksikan ada nelayan sedang menarik jaring pukat. Menarik pukat memang biasa, namun melihat aktivitas burung camar yang ramai menyembar ikan dalam air tampak istimewa. Andai ada kamera dengan lensa tele, pasti keren bisa mengabadikan momen burung camar tengah menyambar ikan bergantian. Agree?
Menjelang kapal menepi. Mulai penasaran. Pandang sisi kiri dan kanan pulau. Jelas terlihat pantainya putih. Airnya juga bening kehijau-hijauan dengan kedalaman maksimal 3 meter masih terlihat. Namun, karangnya belum terlihat.
Kapal tidak bisa bersandar karena ketiadaan dermaga. Penumpang harus meloncat ke air saat ujung kapal mencapai pantai. Basah? Hanya sebatas kaki, namun jika ke pulau tidak basah ya lucu juga. Lebih baik di mall atau di kamar :D
This is all. Begitu menginjak bumi, benar-benar pasir putih nan lembut menyambut. Asli. Next to do,
segera kelilingi pulau, tidak bisa tidak. Perkiraanku diamater pulau
tidak lebih dari 2 Km, cukup kecil untuk dijelajahi dengan berjalan
kaki.
Plus, tidak perlu menjelaskan apa-apa tentang keindahan pulau.
Lihat sendiri dan memang begitu yang tampak begitu pula keadaan hampir
sekeliling pulau. Pasir putih dengan perairan bening. Feels like Hawai. Memang iya. Hanya saja kami tidak masuk ke bagian dalam pulau. Fokus mengitari sisi pantainya saja.
Minus, karang indah seperti yang diharapkan sudah tidak ada lagi.
Kalau pun ada, kini tinggal beberapa spesies yang tidak berwarna-warni.
Ada apa? Jika kuperhatikan sekeliling pulau banyak sekali karang mati
berserakan di pantai. Aku tidak tahu pasti, namun sepertinya hanya
disebabkan 2 hal. Karena siklus alam. Ini didukung pula dengan banyaknya
pepohonan yang tumbang dan mati pada bibir pantai. Abrasi pantainya
sudah tingkat kronis ini. Mungkin dulu Pulau Karang ini lebih besar dari
yang terlihat sekarang. Didukung lagi adanya tanaman bakau yang tumbuh
seratusan meter dari bibir pantai. Logikanya, tidak mungkin bakau tumbuh
mandiri di tengah laut dangkal. Artinya, bakau yang masih tumbuh adalah
sisa yang bertahan hidup dari komunitas bakau dulunya.
Faktor kedua adalah ulah manusia. Cerita mencatat dulu ada nelayan yang
menggunakan bom untuk menangkap ikan. Sangat disayangkan jika itu memang
menjadi penyebab rusaknya terumbu karang pada daerah yang sangat bagus
seperti ini.
More or less, menikmati suasana pulau ini sangat menenangkan dan menyenangkan. Duduk di tepi pantai menghadap samudera lepas di bawah pepohonan rindang ditemani hembusan angin sepoi-sepoi. Adem. Sempat bergumam, andai ini adalah bagian dari pekarangan rumah. Seriously, it is a good life.
Jika memang punya kesempatan lebih saat berada di Tapanuli Tengah atau di Barus khususnya, sempatkan menikmati service pulau ini. Wisata Tapanuli Tengah yang harus masuk dalam destination list to visit.
Koordinat Lokasi : 1o 57’ 29’’ N, 98 o 21’ 9’’ E